Senin, 23 Agustus 2010

Kerindubersamaan


bergumul dengan pekerjaan setiap harinya terkadang membuat jenuh. Kala ini, kebersamaan akan sangat dirindukan,,, kebersamaan teman, sahabat, keluarga. Dan saat itu juga aku merasa sangat kehilangan rasa kebersamaan.....

memutar kenangan menjadi obatnya. Kenangan bersama teman-teman SD yang rutin bersepeda hari minggu dari jam lima pagi sampai jam setengah enam sore. Begitulah seusia anak  SD, tak ada beban pikiran. yang ada hanya senang, gembira, dan omelan karena pulang terlalu malam. tapi itu pun tak digubris; masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.

Kenangan bersama teman-teman SMP. Meski tak sering bermain bersama, berkumpul sepulang sekolah adalah saat-saat yang dirindukan. Entah waktu dibuang dengan mengerjkakan tugas, ngerumpi, atau bahkan hanya tidur-tiduran. Masa SMP, mulai merasakan sedikit kekangan dan mengenal sedikit beban pikiran.

Kenangan bersama teman-teman SMA, khususnya teman satu organisasi yang serasa memiliki ikatan saudara. Berkumpul sepulang sekolah di sekretariat, menjadi ritual tiap hari. Bermain gitar, bernyanyi, canda, membuat even, dll, segala prosesnya ada di sana, salah satunya adalah proses memahami diri sendiri dan orang lain.
SMA, ah, masa yang banyak kekangan.. entahlah... Kekangan yang tak ku ingin tapi tetap saja kulakukan. Sebut saja kulakukan itu karena demi.................................
Beban yang dipikul mulai terasa berat saat itu, antara teman, keluarga dan aku sendiri. Dan even yang seharusnya menjadi jembatan kebersamaan, tak ada dalam kamusku. Bahkan sangat susah kujamah. Seperti sebatang pohon di tengah tanah tandus, aku berdiri,.. Dan menitikkan setetes air, sisa pembakaran tubuh yang tersimpan berhari-hari, berbulan, hingga bertahun-tahun.. Hanya setetes! sisanya kugunakan untuk menyiram serpihan semangat yang sempat tercecer...


Hmm, detik ini, pikiranku penuh dengan kata jenuh. letih memantik inginku untuk hidup selayaknya gadis-gadis lain seusiaku. Nilai sebuah kebebasan sangat penting, begitu setidaknya bagiku. Dan sekali lagi, setetes air - mungkin sisa pembakaran beberapa tahun lalu yang mengendap - menitik tanpa permisi.......



Jember, 23 Agustus 2010
Phow

Sabtu, 21 Agustus 2010

Tanggung Jawab???


Detik-detik ketika bola dan striker lawan berada di depan gawang,  yang menjadi pusat perhatian adalah kiper. apalagi ketika mendengar kata kebobolan, tentu, selain striker, kiper yang menjadi pusat perhatian. Tapi, apa hal itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab Sang Kiper??
Seorang pemain bola, memiliki tanggung jawab untuk menggiring dan mengoper bola pada teman satu timnya. Dan, ketika mereka masing-masing telah menjalankan tanggung jawabnya, akan terbentuk sebuah kerjasama tim untuk memasukkan bola pada gawang lawan pemain, maupun mencegah bola masuk pada gawang sendiri.

Aku pikir, semua pekerjaan tak jauh beda, setiap orang memiliki tanggung jawab,,, Jika setiap orangnya sadar akan tanggung jawab yang diemban, maka stabilitas sehari-hari akan membaik, emosi dapat diredam, dan kerja menjadi semangat.

***

Hujan seharian yang mengguyur kotaku kemarin, menyisakan jejak-jejak sepatu yang lekat di lantai bersama daun-daun gugur tertiup angin, hingga detik ini.

"Kau tak ingin memeriksa ruang lantai dua?" kataku.

Dia bergegas menuju lantai dua yang tangganya tak jauh dari meja operator.

"Memangnya kenapa, Mb'? Tak ada satu pun barang hilang," ujarnya selepas memeriksa ruang lantai dua yang berisikan komputer beserta perlengkapannya dan server.

Menghela nafas, menjadi satu pilihan untuk mengawali obrolan,, tapi..

"Ya sudahlah, aku pulang dulu. Besok Mb' nggak jadi libur kerja, kan? Berarti aku tetap shift pagi," ucapnya sambil berlalu tanpa menggubris bibirku yang hendak berbicara...

Terlalu dewasa untuk kutegur, apa kau masih terlalu kecil untuk memegang tanggung jawab?? Atau?? aku yang kekanak-kanakan?! bathinku.
Ternyata menghela nafas benar-benar menjadi pilihan untuk melapangkan hati, dan aku menghela untuk yang kedua kalinya. Lekas kuambil sapu dan kain pel....




SMILENET, 21 Agustus 2010
Phow